Oleh: Hadi Suprapto Rusli, S.H., M.H
Peringatan Hari Keluarga
Nasional (Harganas) yang dilakukan setiap tanggal 29 Juni bukan hanya sebuah
ritual tahunan semata. Lebih dari itu, bahwa yang lebih penting adalah sejauh mana
kita bisa memaknai dari peringatan
Harganas tersebut dalam lingkungan keluarga untuk diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam pandangan Islam bahwa Keluarga memiliki peranan
yang yang sangat penting untuk mewujudkan generasi muda yang tangguh untuk masa
depan bangsa. Pendidikan formal mulai dari Taman kanak-kanak sampai mereka
diperguruan tinggi tidak akan mampu optimal untuk membentuk karakter pribadi
generasi yang tangguh tanpa ada pendidikan dan perhatian serta lingkungan yang
baik dalam keluarga.
Kehangatan dan
keharmonisan keluarga sangatlah penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak, jika setiap hari anak-anak dipertontonkan perselisahan, pertengkaran di
dalam lingkungan keluarga tentu akan membuat pertumbuhan psikologis anak juga
akan terganggu. Anak-anak membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya dan
kedamaian di dalam keluarga.
Beberapa potret perilaku
anak-anak yang lepas dari kontrol keluarga, antara lain:
Pertama, remaja
melakukan Seks bebas
Dari beberapa penelitan
yang dilakukan sejak tahun 2006, sebanyak 62,7 persen remaja SMP tidak perawan
dan 21,2 persen remaja mengaku pernah aborsi. (metrotvnews.com), Survei terbaru
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menyebutkan 63 persen remaja di
beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan hubungan seks di luar nikah.
Berdasarkan riset Universitas Indonesia menunjukkan bahwa sebanyak 650 ribu
perempuan golongan ABG sudah hilang keperawanannya. Dengan kata lain, mereka
telah melakukan seks di luar nikah.
Salah satu yang bisa
memicu seks bebas adalah lingkungan keluarga. lingkungan keluarga yang dimaksud
adalah kurangnya pendidikan agama yang diberikan orangtua terhadap anaknya.
Cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh sang anak dari
keluarganya. Cukup tidaknya keteladanan yang diterima sang anak dari
orangtuanya, dan lain sebagainya yang menjadi hak anak dari orangtuanya. Jika
tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian di jalan-jalan serta di
tempat-tempat yang tidak mendidik mereka. Anak akan dibesarkan di lingkungan
yang tidak sehat bagi pertumbuhan jiwanya. Anak akan tumbuh di lingkungan
pergaulan bebas.
Kedua, remaja
menggunakan Narkoba
Menurut Gories Mere
Kepala BNN, di Indonesia sebanyak 70
persen pengguna narkoba adalah pekerja, dan 22 persen lainnya adalah pelajar.
Angka ini mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk penggunaan
narkoba jenis sabu dari tahun 2007 hingga 2011 mengalami peningkatan, terlebih
lagi penggunaan narkoba jenis ganja, heroin, dan kokain meningkat hingga 3 kali
lipat. Angka ini jelas menjadi ancaman serius bagi masa depan bangsa kita.
Faktor-faktor yang
menyebabkan anak-anak terjeremus ke Narkoba antara lain:
Keluarga bermasalah atau
broken home, Ayah, ibu atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau penyalahguna
atau bahkan pengedar gelap narkoba, Lingkungan keluarga yang kurang / tidak
harmonis, Lingkungan keluarga di mana tidak ada kasih sayang, komunikasi,
keterbukaan, perhatian, dan saling menghargai di antara anggotanya, Orang tua
yang otoriter,keluarga yang tidak acuh dan Orang tua/keluarga yang super sibuk
mencari uang/di luar rumah.
Ketiga, Tawuran
Data Komnas Perlindungan
Anak menunjukkan jumlah tawuran pelajar pada 2011 mencapai 339 kasus dan
memakan korban tewas 82 orang. Jumlah itu meningkat 165% dari 128 kasus tahun
sebelumnya. Penyebab pelajar bertawuran sering kali hanya karena masalah
sepele, seperti berpapasan di angkutan umum, pertandingan olahraga, atau saling
ejek. Bahkan, akhir tahun lalu, ada tawuran yang dipicu saling ejek di Facebook,
kemudian menyebabkan nyawa seorang pelajar melayang. Beginikah yang kita
inginkan menjadi calon-calon pemimpin masa depan yang hobi tawuran…?
Tawuran ini bisa terjadi
diakibatkan lemahnya peran orang tua dalam mendidik anaknya, antaralain:
baik, buruknya rumah tangga atau
berantakan dan tidaknya sebuah rumah tangga, perlindungan lebih yang diberikan
orang tua, penolakan orang tua, ada
pasangan suami istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung jawab sebagai ayah
dan ibu.
Seharusnya keluarga juga dapat
melakukan pencegahan terjadinya tawuran, dengan cara: Mengasuh anak dengan
penuh kasih sayang, Penanaman disiplin yang baik, mengajarkan nilai-nilai
agama, Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat, Meluangkan waktu untuk
kebersamaan, Melakukan pembatasan dalam menonton adegan film yang terdapat
tindakan kekerasannya dan melakukan pemilahan permainan video game yang cocok
dengan usianya.
Angka seks bebas,
narkoba, tawuran sangat mengkhwatirkan bagi kelangsungan masa depan bangsa apa
bila kita tidak cegah sejak dini. Seks bebas, narkoba dan tawuran adalah merupakan
bentuk gagalnya sebuah keluarga melakukan pendidikan dalam keluarga disamping
faktor keteladanan pemimpin kita. Jika
kita menginginkan Indonesia lebih baik maka membangun lingkungan keluarga yang
harmonis adalah hal mutlak yg harus dilakukan. keluarga itu merupakan tempat untuk pendidikan
dan pembentukan watak, moral sebagai bekal kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Dengan peringatan
Harganas ini kita berharap hendaknya keluarga dan masyarakat bisa harus menjadi
prioritas untuk memperhatikan kehidupan keluarga karena kehidupan keluarga yang
harmonis, sejahtera, dan bahagia tentunya akan membawa pengaruh positif
terhadap kehidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebab, negara yang kuat dan tangguh akan ditentukan oleh
keluarga yang sebagai miniatur kecil dari sebuah masyarakat.