Jumat, 29 Juni 2012

PERINGATAN HARI KELUARGA NASIONAL “JANGAN HANYA SEKEDAR RITUAL BELAKA”



Oleh: Hadi Suprapto Rusli, S.H., M.H


Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) yang dilakukan setiap tanggal 29 Juni bukan hanya sebuah ritual tahunan semata. Lebih dari itu, bahwa yang lebih penting adalah sejauh mana kita bisa memaknai  dari peringatan Harganas tersebut dalam lingkungan keluarga untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pandangan Islam bahwa Keluarga memiliki peranan yang yang sangat penting untuk mewujudkan generasi muda yang tangguh untuk masa depan bangsa. Pendidikan formal mulai dari Taman kanak-kanak sampai mereka diperguruan tinggi tidak akan mampu optimal untuk membentuk karakter pribadi generasi yang tangguh tanpa ada pendidikan dan perhatian serta lingkungan yang baik dalam keluarga.
Kehangatan dan keharmonisan keluarga sangatlah penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, jika setiap hari anak-anak dipertontonkan perselisahan, pertengkaran di dalam lingkungan keluarga tentu akan membuat pertumbuhan psikologis anak juga akan terganggu. Anak-anak membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya dan kedamaian di dalam keluarga.
Beberapa potret perilaku anak-anak yang lepas dari kontrol keluarga, antara lain:
Pertama, remaja melakukan  Seks bebas
Dari beberapa penelitan yang dilakukan sejak tahun 2006, sebanyak 62,7 persen remaja SMP tidak perawan dan 21,2 persen remaja mengaku pernah aborsi. (metrotvnews.com), Survei terbaru Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menyebutkan 63 persen remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan hubungan seks di luar nikah. Berdasarkan riset Universitas Indonesia menunjukkan bahwa sebanyak 650 ribu perempuan golongan ABG sudah hilang keperawanannya. Dengan kata lain, mereka telah melakukan seks di luar nikah.
Salah satu yang bisa memicu seks bebas adalah lingkungan keluarga. lingkungan keluarga yang dimaksud adalah kurangnya pendidikan agama yang diberikan orangtua terhadap anaknya. Cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh sang anak dari keluarganya. Cukup tidaknya keteladanan yang diterima sang anak dari orangtuanya, dan lain sebagainya yang menjadi hak anak dari orangtuanya. Jika tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian di jalan-jalan serta di tempat-tempat yang tidak mendidik mereka. Anak akan dibesarkan di lingkungan yang tidak sehat bagi pertumbuhan jiwanya. Anak akan tumbuh di lingkungan pergaulan bebas.
Kedua, remaja menggunakan Narkoba
Menurut Gories Mere Kepala  BNN, di Indonesia sebanyak 70 persen pengguna narkoba adalah pekerja, dan 22 persen lainnya adalah pelajar. Angka ini mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk penggunaan narkoba jenis sabu dari tahun 2007 hingga 2011 mengalami peningkatan, terlebih lagi penggunaan narkoba jenis ganja, heroin, dan kokain meningkat hingga 3 kali lipat. Angka ini jelas menjadi ancaman serius bagi masa depan bangsa kita.
Faktor-faktor yang menyebabkan anak-anak terjeremus ke Narkoba antara lain:
Keluarga bermasalah atau broken home, Ayah, ibu atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau penyalahguna atau bahkan pengedar gelap narkoba, Lingkungan keluarga yang kurang / tidak harmonis, Lingkungan keluarga di mana tidak ada kasih sayang, komunikasi, keterbukaan, perhatian, dan saling menghargai di antara anggotanya, Orang tua yang otoriter,keluarga yang tidak acuh dan Orang tua/keluarga yang super sibuk mencari uang/di luar rumah.
Ketiga, Tawuran
Data Komnas Perlindungan Anak menunjukkan jumlah tawuran pelajar pada 2011 mencapai 339 kasus dan memakan korban tewas 82 orang. Jumlah itu meningkat 165% dari 128 kasus tahun sebelumnya. Penyebab pelajar bertawuran sering kali hanya karena masalah sepele, seperti berpapasan di angkutan umum, pertandingan olahraga, atau saling ejek. Bahkan, akhir tahun lalu, ada tawuran yang dipicu saling ejek di Facebook, kemudian menyebabkan nyawa seorang pelajar melayang. Beginikah yang kita inginkan menjadi calon-calon pemimpin masa depan yang hobi tawuran…?
Tawuran ini bisa terjadi diakibatkan lemahnya peran orang tua dalam mendidik anaknya, antaralain: baik,  buruknya rumah tangga atau berantakan dan tidaknya sebuah rumah tangga, perlindungan lebih yang diberikan orang tua,  penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu.
Seharusnya keluarga juga dapat melakukan pencegahan terjadinya tawuran, dengan cara: Mengasuh anak dengan penuh kasih sayang, Penanaman disiplin yang baik, mengajarkan nilai-nilai agama, Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat, Meluangkan waktu untuk kebersamaan, Melakukan pembatasan dalam menonton adegan film yang terdapat tindakan kekerasannya dan melakukan pemilahan permainan video game yang cocok dengan usianya.
Angka seks bebas, narkoba, tawuran sangat mengkhwatirkan bagi kelangsungan masa depan bangsa apa bila kita tidak cegah sejak dini. Seks bebas, narkoba dan tawuran adalah merupakan bentuk gagalnya sebuah keluarga melakukan pendidikan dalam keluarga disamping faktor keteladanan pemimpin kita.  Jika kita menginginkan Indonesia lebih baik maka membangun lingkungan keluarga yang harmonis adalah hal mutlak yg harus dilakukan.  keluarga itu merupakan tempat untuk pendidikan dan pembentukan watak, moral sebagai bekal kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dengan peringatan Harganas ini kita berharap hendaknya keluarga dan masyarakat bisa harus menjadi prioritas untuk memperhatikan kehidupan keluarga karena kehidupan keluarga yang harmonis, sejahtera, dan bahagia tentunya akan membawa pengaruh positif terhadap kehidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebab, negara  yang kuat dan tangguh akan ditentukan oleh keluarga yang sebagai miniatur kecil dari sebuah masyarakat.