Sabtu, 04 Februari 2012

65 TAHUN Himpunan Mahasiswa Islam


 oleh : Hadi Suprapto Rusli, S.H., M.H (Ketua Bidang Litbang BPL PB HMI)

Tanggal 5 Februari 2012 merupakan salah satu hari yang bersejarah bagi Himpunan Mahasiswa Islam, dimana 65 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 5 Februari 2012 lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam 2 tahun setelah Indonesia Merdeka oleh Lafran Pane yang merupakan tonggak sejarah. Kelahiran HMI pada waktu itu didasarkan atas 2 ide dasar yang pertama adalah mempertahankan NKRI dan mempertinggi derajat bangsa Indonesia, kedua adalah mensyi’arkan islam. Perjalanan HMI tentunya tidak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa Indonesia. HMI juga dikenal sebagai kader umat dan kader bangsa hal ini dikarenakan besarnya konstribusi yang telah diberikan HMI terhadap bangsa ini. Kader yang dilahirkan oleh HMI adalah sosok yang unggul, bergelora baik secara fisik maupun psikis, intelektual, visioner dan berani bersikap dengan Independesinya, baik independensi etis maupun independensi organisatoris.
Sekilas yang saya uraikan di atas merupakan sekelumit dari pentingnya peran HMI dalam setiap babakan sejarah di Indonesia. Tapi cukup disayang peran HMI pada saat ini cenderung terpinggirkan dan sering dilupakan. Tapi bagi kita selaku kader HMI harus terus dan tetap memberikan peran walaupun diberi ruang atau tidak yang terpenting apa yang bisa kita perbuat untuk HMI, bangsa dan negara ini. Jangan tanya apa yang diberikan HMI dan negaramu untukmu tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan untuk HMI dan negara mu.
Peringatan Hari Kelahiran HMI berlalu setiap tahunnya secara ritual upacara yang tanpa makna. Ada beberapa catatan penting yang patut menjadi introspeksi bagi Kader HMI dalam memaknai hari Kelahiran HMI, antara  lain:
Pertama, Perkaderan. Perkaderan adalah hal yang sangat penting bagi HMI sebagai tempat pembentukan kader, karena HMI adalah organisasi perkaderan dengan demikian perhatian yang penuh terhadap Perkaderan adalah hal mutlak yang harus dilakukan sehingga bisa melahirkan pribadi yang muslim, intelektual dan profesional. Semangat keislaman dan intelektual ibarat dua sisi yang seharusnya tidak dapat dipisahkan dari setiap individu kader HMI yang sekarang ini sedikit luntur dikalangan kader akibat kurangnya perhatian serius dari Institusi Pengambil kebijakan di tingkat komisariat, korkom, cabang, badko dan PB HMI memberikan ruang gerak kepada kader dan pengembangan diri kader melalui suport aktivitas-aktivitas kegiatan perkaderan (follow-up, up-grading, bakti sosial, kelompok belajar, kelompok penelitian, tarining dan lain-lain). Disisi lain pengaruh-pengaruh asing sangat cepat masuk seiring kemajuan teknologi dan informasi serta dinamika politik uang dan kekuasaan yang sudah menjalar jika tidak difilter dengan nilai-nilai Islam sebagaimana yang tertuang dalam landasan gerak dan perjuangan HMI yang sering disebut dengan NDP HMI maka HMI kita akan rusak. Sehingga lahirlah kader-kader yang oportunis yang jauh dari cita dan harapan dari ide kelahiran HMI itu sendiri. Rusaknya HMI maka akan merusak masa depan bangsa sebab HMI  adalah generasi penerus bangsa yang tersebar diseluruh pelosok negeri ini dari pusat sampai ke kabupaten, dari Aceh sampai Papua.
Kedua, HMI harus mempertegaskan dirinya sebagai agent pembangunan dan bukan sebagai satpam kekuasaan. HMI harus melakukan aktivitas dan kegiatan yang menunjang pembangunan baik itu bersifat sosial maupun lain sebagainya, masukan sumbang saran kepada pemerintah, legislatif dan aparat penegak hukum.. Baik diminta maupun tidak diminta dengan sadar dan penuh tanggung jawab kita harus memberikan manfaat kepada masyarakat. Persoalan kemiskinan, perlindungan terhadap TKI, pelanggaran HAM, upah yang layak terhadap para buruh dan lain-lain yang seharusnya merupakan bagian dari tugas HMI seolah-olah nyaris tak terdengar. Dimana HMI?
Ketiga, HMI harus menjalankan fungsi controlnya. Dengan fungsi control yang dimiliki oleh HMI diharapkan dapat memberikan pengawasan kepada pejabat publik agar tetap menjalankan aktivitasnya sesuai dengan ketentuannya serta berpihak kepada rakyat. Jika ada program ataupun kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik yang merugikan kepentingan rakyat maka HMI harus berada di garda terdepan untuk meneriakkan suara dengan lantang membela rakyat. Seharusnya HMI melakukan advokasi anggaran dan kebijakan agar kritik-kritik yang dilakukan oleh HMI bersifat konstruktif membangun dan solutif,
Keempat, Kader HMI harus bersatu. Terpecah belah kekuatan HMI akan melemahkan gerakan HMI itu sendiri. HMI akan kehabisan energi menyelesaikan konflik internal yang datang dari pengurus itu sendiri bahkan dari campur tangan pihak luar yang ingin melemahkan kekuatan gerakan HMI. Konflik sebenarnya akan bisa diminimalisir apabila sang pengemban amanah di HMI tidak lari dari Al-Quran dan Hadist yang merupaka landasan dari Ideologi HMI. Kita berharap HMI dengan berbagai macam baju, almamter, warna kulit dan suku yang berwarna-warni tapi tetap dalam satu tujuan dalam merumuskan agenda bersama. Satu tekad untuk terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi dan bertanggung jawab atas  terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar