
Wacana kepemimpinan muda sebenarnya sudah berkembang dimana-mana (endemic) dan memperoleh kemenangan kecil (tokens). Akan tetapi, sejarah dan kemenangan kecil saja tidak cukup menjadi modal politik untuk panggung politik kekuasaan di tahun 2009. Kaum muda harus memiliki kendaraan politik yang mampu mengantarkan cita-cita perubahan pada pintu kekuasaan (power sharing). Di sinilah letak masalahnya, kaum muda tentunya tidak akan mampu berbuat banyak jika harus menumpang pada partai-partai lama yang popularitasnya makin merosot. Beberapa tokoh muda tersaring dalam kendaraan partai lama. Sebut saja misalnya, Anas Urbaningrum, Sukardi Rinakit, Faisal Basri, Yudi Latief, Ray Rangkuti, Effendi Ghazali, Anies Baswedan, Indra J. Piliang, Fajroel Rahman dan lmasih banyak yang lainnya. Namun, mereka tidak sanggup melakukan terobosan politik, apalagi mengambil peran meleading.
Diakui atau tidak, isu kepemimpinan kaum muda merupakan antitesa dari sistem politik Indonesia yang dikangkangi oleh kaum tua. Kepemimpinan kaum tua selama bertahun-tahun tidak kunjung memberikan perubahan berarti bagi rakyat, malahan sebaliknya. Karena merupakan antitesa, maka kaum muda harus membentangkan jalan baru bagi Indonesia baru dengan semangat baru dan harapan baru.Namun yang jadi persoalan kemudian bahwa, Momentum ini tidak didukung oleh aturan yang menunjang. Sehingga jika Kepemimpinan muda terus dipaksakan ditengah ketidaksiapan sistem politik untuk memberi prioritas bagi kaum muda dan tidak ada upaya untuk berbenah agar mendapatkan posisi-posisi penting dalam struktur partai politik, memiliki sumber finance yang cukup serta prestasi yang baik dalam partai, maka indikasi gagalnya impian kepemimpinan politik kaum muda dalam system politik Indonesia akan semakin menemukan justifikasinya.
Partai Politik Sebuah kelembagaan yang memang secara taken for granted tidak terlalu memberikan prioritas untuk menciptakan kaderisasi pemuda, karena kaum muda secara financial tidak bisa berkompetisi dengar politisi senior, sehingga sulit untuk membayangkan jalan keluar permasalahan bangsa dengan berlandaskan pada kelembagaan politik yang ada saat ini. Implikasinya kepemimpinan kaum muda tidak lahir secara kompetetif. Dan celakanya lagi penggantinya masih seputar anak dan sanak keluarga. Akibatnya bangsa ini tersandera sendiri oleh buruknya system kelembagaan partai.
Gagalnya partai politik dalam proses kaderisasi ini lah yang menyebabkan terjadi krisis kepemimpinan nasional, Harus diakui bahwa menguatnya wacana kepemimpinan kaum muda adalah tamparan yang amat telanjang bagi partai politik. Partai politik gagal merotasi kepemimpinan nasional pada tokoh-tokoh muda yang masih segar. Karena itu, wacana kepemimpinan kaum muda yang tidak didukung partai politik akan membuat partai makin tidak populer di mata publik. Partai akan dinilai sekadar alat akumulasi kekuasaan karena tidak properubahan. Partai yang terlalu bersandar pada orang-orang tua perlahan-lahan akan membajak demokrasi, bukan memberi titik terang bagi jalan demokratisasi.
Kegiatan the next leader yang diadakan oleh metro Tv yang bekerja sama dengan Leade Institute Paramadina merupakan sebuah langkah dan formulasi baru untuk mencari bibit-bibit pemimpin masa depan bangsa yang saya nilai sangat positif dan diharapkan mampu untuk melahirkan pemimpin-pemimpin baru dari kalangan muda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar