Senin, 22 Desember 2008

MENEBAR KASIH SAYANG SEBAGAI UPAYA EFEKTIF MERAJUT HATI YANG TERBERAI

QS. Ali Imran (3);159
Maka disebabkan kasih sayang dari Allah –lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentuah mereka menjauhkan dari dari sekelilingmu
Salah satu ajaran akhlak yang paling utama bagi seorang muslim adalah sikap kasih sayang. Satu hal yang tidak berlebihan mengingat bahwa islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin agama yang bercucuran kasih sayang. Ajaran yang membebaskan manusia dari jeratan nafsu menuju perdamaian yang menyejukkan. Terkait dengan ayat di atas A. Yusuf Ali melukiskan bahwa karena sifat Muhammad yang begitu lembut, menyebabkan semua orang sayang kepadanya dan inilah salah satu rahmat Allah.tak ada yang lebih berharga baginya dari pada sifat yang begitu lemah lembut, penuh kasih sayang dan kesabaran yang begitu besar menghadapi kelemahan manusia.
Islam sangat perhatian terhadap kecerdasan soial umatnya, dimanapun berada, kehadiran seorang muslim adalah penyejuk yang mendamaikan. Kedatangannya dinanti-nanti dengan penuh harapan, kepergiannya ditunggu untuk kembali. Bukankah agama mulia ini berkembang pesat berkat perilaku santun pemeluknya yang lekas menarik simpati berupa untaian indah akhlak dan kepedulian tinggi terhadap lingkungan.
Terbukti, bahkan dalam peperangan, etika sosial sangat dijaga. Harkat kemanusiaan tetap terpelihara dalam bingkai kasih sayang. Tidak boleh merusak fasilitas umum, tidak boleh memfitnah, tidak boleh membunuh lawan yang sudah menyerah dan berbagai perilaku indah lainnya, sehingga musuh-musuh pun terpikat seraya berkata “Betapa indahnya ajaran islam”
Andai saja dipakai cara kekerasan, maka betapa banyak akan lahir barisan sakit hati yang rajin memupuk dendam. Mereka yang setia memelihara bara di dada dan sewaktu-waktu siap diledakkan. Pada kondisi Bangsa dan HMI yang dilematis begini, jelas keharmonisan menjadi barang mahal yang sulit untuk digapai. Permusuhan akan menjadi sumbu utama malapetaka.
Hanya saja, sejarah kemunafikan yang panjang telah menyaksikan babak belurnya sense of humanity. Rasa kasih sayang sudah tercerabut dari nurani berganti egoisme sempit yang menerkam kanan kiri. Sikap buruk sosial tergambar ketika anda mengibarkan bendera kegemilangan dengan terlebih dulu menumbangkan bendera orang lain, anda bersorak setelah menjungkalkan teman ke jurang kehancuran. Anda bersinar terang dengan terrlebih dahulu mematika lampu sahabat sendiri. Anda tersenyum riang gembira dengan puja-puji di saat orang kanan kiri berurai air mata darah.
Apalagi dewasa ini, aksi neokanibalisme semakin unjuk gigidalam wujud baru yang tak kalah mengerikan. Korupsi dana sosial setara dengan mengunyah jasad saudara sendiri yang sedang kelaparan, membeberkan kejelekan rekan sendiri setara dengan memakan daging bangkainya. Wabah seperti inilah yang mewabah sehingga membuat ia tega memangsa temannya sendiri kendati seiman, seaqidah dan satu himpunan.
Indonesia sebagai bangsa timur mewarisi kelembutan budaya yang menakjubkan, HMI ebagai organisasi islam yang bersumberkan Al Qur’an dan Hadist dan setiap gerak dan langkahnya. Hanya saja ujian sejarah berupa krisis multidimensi telah mencabik-cabik kepribadian bangsa dan umat yang berharga itu. Tiba-tiba kita menjadi bangsa dan kader yang pemarah yang menghadapi setiap masalah dengan luapan amarah.
Gara-gara uang recehan, nyawa bisa melayang. Perbedaan pendapat tidak bisa lagi diterima dengan lapang dada, yang keluar malahan caci maki dan perilaku kekerasan. Rasa saling curiga membuat kinerja otak jadi macet setelah emosi lekas meledak. Ruang musyawarah menjadi ajang pengadilan jalanan. Usai shalat jamaah kita bersalam ukhuwah, malamnya di tempat kerja kita berpacu dalam aroma nafsu.
Allah telah menurunkan kehalusan rasa dihati manusia. Sebuas apapun orang, ia tetap punya getar-getar nurani. Cuma kepekaan tersebut menjadi kropos disebabkan kuragnya kepedulian, egoisme sempit dan ketamakan nafsu mencederai puihnya hati. Maka merugi lah mereka yang kehilangan anugerah kasih sayang. Dalam hadistnya, secara tegas Rasul SAW menyatakan : “ada dua jenis manusia yang Allah tidak akan melihatnya di hari kiamat, pertama ialah orang yang memutuskan tali kasih sayang dan yang kedua adalah mereka yang jahat kepada tetangganya” (HR. Dailamy)Kasih sayang mampu menyulap banyak keajaiban, merapatkan hati yang renggang, menyatukan jiwa yang terbelah serta melembutkan kekasaran. Masyarakat berperadaban selalu memilih jalan kasih yang apalagi terhadap saudara seiman dan saudara satu himpunan. Tidak cukup menjalin kehangatan dengan Tuhan semata, sebab menjalin hubungan kasih sayang dengan makhluk-Nya juga bernilai ibadah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar